Selasa, 27 Oktober 2009

Seroja Taman Hati

Bisa jadi inilah hasil karya kesekian setelah lama aku tak bisa "bertelur",. Dusun ini tertinggal jauh dan tak pernah aku isi dengan perkakas berupa coretan. Tersebutlah seorang ibu muda, penampilannya tak bisa dibilang sederhana. Jaman telah menuntunnya menjadi pribadi yang berusaha "mengikuti alur", bersedekah pada kemanjaan diri dan melenakan keanggunan dengan caranya sendiri.

Telisik dengan kelopak matamu, dia memang tak secantik bidadari tapi senyumnya memberi inspirasi. Obrolannya pernah bersarang di otakku, turun ke dalam lipatan hati lalu bersembunyi dalam ingatan.
Dirinya, mempunyai kerinduan tak terperi pada kedua orangtuanya. Sebuah pengabdian nurani dengan logika yang sangat wajar!



Coba dengar rintihan ini...!


Kini aku tak menemukan lagi...
seraut wajah kemaren berdaster jingga
dengan polesan wajah nan bersahaja
memunguti kehidupan dengan cara berbeda
meski hatimu sebenarnya pernah terluka
diammu seolah pertanda surga.

Aku tak lelah untuk mengingatmu
berkirim doa tak hanya sekali sepekan
tapi juga setiap dengus nafasku
memberi ruang terlapang, dengan zikir
dan syair sembah sujudku.

Sesekali aku sering mengintip
di sela hati yang kukorek kembali ke masa silam
agung nian engkau punya pribadi
luluh santunmu ajari aku untuk bertutur
aku meranggas merindukanmu, Ibu...

Kini aku tak menemukan lagi...
wajah tampan berkalung sorban
yang kadang terdiam di pojok rumah
secangkir teh dan koran pagi adalah temanmu
membekas dalam ingatku, bermuara hingga ke hati

Marah sepagi itu yang kau berikan
luluhkan jiwa nakalku untuk sembunyi
merapat dalam telunjukmu dan bersandar dalam titahmu
aku ketakutan, tapi juga terlindungi
Aku rindu dendam untuk menemuimu, Bapak...

Sepenggal cerita jatuh satu-satu
kemolekan duniawai membawaku dalam dahaga
dahaga untuk menikmati bersama mereka
memberikan kasih sayang seutuh kain
tanpa renda, tanpa jeda, tanpa jahitan...
ketulusan abadi dari ankmu...

Tersenyumlah, wahai jiwa yang tenang
ankmu, akan mengukir namamu dalam balutan doa
yang berselimut ribuan zikir
mereka, SEROJA di taman hatiku




Terimakasih buat Teteh di Soreang-Bandung atas inspirasinya. Maaf beribu maaf jika ada kata-kata yang tak berkenan. Protesnya aku tunggu!

6 komentar:

dien mengatakan...

puisinya keren banget...

dien mengatakan...

btw...ada satu hal yang perlu dikritik...my mom never wear kebaya akang.....sukanya daster...hehehe

kumbangdusun mengatakan...

Dien, laratnya dah aku perbaiki. Makasih banget utuk komentarnya.

seruni mengatakan...

iya.. bener puisi nya keren .... abizz..

lama juga tak menyinggahi dusun ini
hmm... membuat ku rindu akan tulisan2 mu akang

tetap di tunggu tulisan berikut nya

kumbangdusun mengatakan...

Trims banget buat SERUNI atas kunjungannya. Utang puisinya belum terbayar karena masih saja belum terposting. Masih diedit. Gimana khbr Medan?

seruni mengatakan...

Alhamdulillah bae atuh kang ^_^


Iya.. gpp kang

yang penting akang teh tetap menulis yach.. dan selalu sehat2 aza.. dsna..tuk keluarga juga..

salam sama si mbok ya kang.. ^_*