Disebutkannya pula, selain kecengengan tadi, dirinya sempat berujar bahwa apa yang ditulisnya merupakan sebentuk pemberontakan terhadap keadaan yang mendera dirinya. Rasa kecewa dan kepedihan yang ditimbulkan oleh sang Arjuna membuat ia merasa perlu untuk kecewa tapi tidak untuk menulis puisi. Kenapa?
Bisa jadi apa yang saya tulis adalah sebuah kecengengan. Atau pula sebuah karya seni dengan inspirasi sebuah kekecewaan itu tadi. Cengeng atau tidak, nikmati saja karena hidup akan terus digelayuti perasaan tak puas jika melulu bicara kecocokan. Hidup ini adalah beragam!
Bila saja engkau pernah mengendap dalam basah jiwaku
kuyakini sepenuh hati engkau kini bagian ragaku
sengaja kubakar rasa cemburu dengan dandanku
kelak engkau tak berlari dariku
Murni rasa yang kuberikan,
kau teguk angkuh dengan sangat dahaga
aku tersenyum puas sepenuh harap
sepenggal sejarah hidup akan diisii bersamamu
Bulan murung mengais awan
hujan selangkah mengguyur bumi
kesetiaan laksana laknat durjana
rupanya engkau mulai menginjak di lahan basah
berselingkuh pada beda alam. Aku terluka
Jika sudah begini...,
padamu aku tak menemukanmu sebagai lelaki
padamu aku tak mendapatimu sebagai pria
janji hati hanya melekat dalam sesaat
lalu hilang dan kembali mengembara
aku terluka..., Aku tak percaya...
Thanks To Risa di Gresik atas inspirasinya.
1 komentar:
Nulis emang katarsis yg baik, kok. Tulisan pun bisa jadi kecengan, bisa juga mengeceng kita balik, lho ... ;)
Posting Komentar