Selasa, 27 Juli 2010

Merapat Hingga ke Batas

"Pahami saja dengan hati.
Saya memang harus banyak mengerti
hal-hal yang tak saya mengerti..."
( Aisyah Nurrahman )


Tulisan di atas adalah nukilan dari sebuah SMS yang diterima beberapa bulan lalu. Menerawang jauh ke depan, tentu saja si pengirim tak akan sadar bahwa apa yang ditulisnya melalui SMS tadi adalah bagian dari sebuah babak kehidupan. Bersandingnya antara bahagia dan luka adalah sisi romantisme bernama lakon kehidupan tadi.

Jika saja kehidupan tak ada luka dan bahagia, niscaya yang ada adalah jalan datar tanpa sensasi. Nikmatnya tak terasa, bahkan semua layak dianggap sebuah basa-basi. Tak terlalu naif bila saja tiba-tiba deret SMS tadi menghasilkan gumaman berupa larik puisi yang saya angap mulai kedodoran ketajamannya. Tapi tak apalah, rasanya tak tega juga jika rumah ini hanya dikelilingi ilalang kering...


Rapikan dulu kusut bajumu!
seteguk saja kau minum teh hangat ini
gigil tubuh kuselimuti dengan senyum
larimu tak akan jauh dari langkahku

Kesempurnaan hakiki tiada dimiliki manusia
keluhmu hanya bertegur sapa dengan angin
berbicara dengan cara hampa
seperti menjual opini pada ilalang


Tanggalkan saja lukamu itu!
luruhkan tangismu biar dipeluk asa
tempat baru nuansa baru
sensasi hidup rona serupa

Pintu itu tentu tak kukunci
pergilah dengan caramu sendiri
layaknya bidadari yang memesona
jangan punggungi aku dengan pergimu
merapatlah hingga ke batas inginmu




Bandung, Agustus 2010. Salam saya buat Muhammad Rasyid.

Tidak ada komentar: