Jika saja orang berpikir bahwa mimpi adalah bunganya tidur, alasan ini tak bisa disalahkan. Pun demikian dengan orang yang berpikir bahwa mimpi datang karena separuh pemikiran di otak kita adalah obyek yang kita impikan tadi.
Lalu bagaimana dengan mimpi yang lahir karena sebuah ketergesa-gesaan di mana waktu seperti mengejar hingga mimpi itu terpotong di banyak kisah?. Keluh kesah itu bisa terekam di beberapa lirik berikut ini. “Pertemuanku” dengan wanita dalam mimpi itu diulur dalam sebuah prosa layu. Coba simak dengan perasaan yang biasa-biasa saja!

Sepertiga malam yang aku lewati
Engkau sengaja singgah, nyaris mengejarku
Di tepian malam, dingin menusuk tulang
Sosok ayumu sejenak kunikmati dalam diam
Anggun nian pesonamu malam itu
Kutangkap jinak dalam ruang mataku
Sembunyi di dalam sanubari
Sekeping hati itu berbicara gagu
Karena aku tak seperti yang kau mau(?)
Tak acuh engkau berkerling,
senyum hambar basa-basi
Hatimu seperti berkelit
Berlari untuk menghindariku
Aku berdiri dalam gagap
Malam kecundang,
dalam gagu aku berontak
Aku benar-benar kalah seperti pemabuk
Menggelinding jauh ke lorong waktu
Tersuruk dimamah malam.
2 komentar:
menurut saya puisinya bagus, mimipi ^^ harapan!! dua kata yang tidak bisa dilepaskan ^^
hanya 4wl yg dapat mendengar sgala keluh kesah kita...n semua akan ada jwbnya...
dan yaQinlah bhwa 4wl maha tahu apa yang Qt ButuhkaN...
ok!!!
Posting Komentar