Aku terharu sekaligus sedih mendengar ceritamu, wahai Bulan Purnama. Tapi sungguh, aku tak bisa berbuat banyak untuk bisa meredakan 'gerhana' yang kini tengah kau alami. Aku, hanya bisa berjanji untuk mendengar ceritamu meski sampai pagi sekalipun.
Cerita bahagia dan duka bagiku sama bagusnya karena semua mengandung nilai-nilai positif, sebagai pembelajaran karena semakin mau mendengar, semakin matang kita berpikir.
Bila saja langkahmu akan terus diayunkan untuk membina kebersamaanmu dan diyakini sebagai jalan terbaik, lakukanlah! Isi hati kadang selalu menuntun pada arah yang lebih baik ketimbang sentuhan otak kita yang kadang berisi banyak 'siulan nakal'.
Yakini saja bahwa apa yang terjadi adalah sebagai romantikanya sebuah kebersamaan. Biduk rumah tangga seperti dikelola oleh dua nahkoda. Jika tak ada kebersamaan, maka si perahu akan oleng dan dihanyutkan gelombang pasang.
Tegar yang kau miliki sejatinya bisa menjungkir balikan isi hatinya untuk menjadi luluh. Membuang sifat 'kekanakannya' untuk memungut mainan temannya. Bagaimana bagusnya mainan itu, seharusnya dia sadar karena yang dimilikinya lebih elok dan ayu.
Aku sesungguhnya kehilangan kata-kata untuk menuliskannya. Tapi gerhana yang kau alami sungguh-sungguh membuat hatiku ikut khawatir bahkan terpikirkan di benakku. Jika saja engkau ada di depanku..., tentu semua akan menjadi lain.
Bandung tengah dilanda hujan. Semua jalanan beraspal basah oleh rintiknya. Tak ada bulan, sama seperti yang kau alami..., Bandung pun tengah gerhana. Tapi riak kehidupan tetap berjalan. Lampu sorot benderang hingga bangunan kota bermandikan cahaya, ribuan pejalan kaki asyik memenuhi jalan protokol.
Sama seperti keadaan kota itu..., kehidupanmu pasti akan terus berlangsung. Jika saja gerhana itu terjadi kini..., semoga cepat berakhir. Semoga!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar