Kamis, 04 Desember 2008

Bulan Jatuh di Hatiku

Aku hanya bisa membayangkan keayuan wajahnya. Aku sungguh-sungguh tak bisa menghindar dari kehebatan dia menangguk senyum bagusnya. Sesekali aku hanya bisa mengernyitkan dahi, pertanyaan besar terus bersarang di hatiku, aku tak ingin kau memanggilku!

Jika saja engkau adalah bagian dari hidupku, gaya hidup kita tentu akan lebih dekat pada dunia kampung yang damai, kesederhanaan yang akrab dikencani. Dan inilah petikannya!


Malam ini, kau tak terlihat singgah
di depan rumah berkuyu kelabu
sepertinya kamu mulai jenuh
irama hidup hanya sebaris ujung pena

Diam saja di situ...!
tak berarti bagiku kendati kau datang telanjang
mari singgah di benak ini, seperti lalu-lalu
mengebiri rasa cinta dengan nyanyian palsu

Rentetan hidup nyaris gersang pesona
nyanyikan perih dengan satu anggukan
senyum kamu kukulum hambar,
sejatinya hati kamu ada padanya

Pergilah barang sejenak...!
temui binatang peliharaan kita
di ladang yang hanya sebesar nampan
itu pun hasil nagguk juragan kumis

Seindah lembayung sore,
jalanmu terseok menghamba hidup
tentu kamu tegar karena akulah lelakumu (?)
kesejatian ini untuk siapa,
kamu tentu punya jawabnya

Buan jatuh di hatiku
ingin kuremas bersama lembayung malam
awan tentu tersenyum dengan riak cemburu
wanita dalam mimpi...,
sesaat saja aku ingin melihatmu
bilakah itu?

Tidak ada komentar: