Selasa, 09 Desember 2008

Lihat, Dengar dan Rasakan...

Bila saja engkau tahu bahwa aku tengah meradang, engkau pasti tak akan rela untuk berdiam diri dan hanya ikut-ikutan tersenyum pahit sebagai tanda "bela sungkawa". Hatimu, aku tahu sedikit punya rasa, selebihnya adalah ketakutan dan perasaan bersalah. Aku menyadari betul tentang kesalahan ini. Cinta itu begitu agung tapi kenapa selalu lupa untuk berdiam pada orang yang tepat.

Tak berharap iba memang. setidaknya apa yang kualami bisa kau LIHAT, DENGAR DAN RASAKAN. Inilah petikannya...

Sesungguhnya aku ingin segera pergi menemuimu
dengan berlari kencang kendati terpatah-patah
membuka hati sedalam samudera
supaya tampak iklas mencintaimu

Rindu ini hanya bisa dikenang dalam hati
selebihnya tersimpan dan terbuang percuma
nyangkut di banyak tempat, hingga aku kehilangan jejak
untuk mencarinya

Engkau yang kian merapat, hanya dari kejauhan
mendengar keluh kesahku dengan harapan yg itu-itu juga
dengan ucapan yang itu-itu juga, tiada berubah
"Di alam nyata, aku terkunci rapat" begitu ocehanmu

Senyummu kukulum dan kugenggam dalam bayangan
tak rela kulepas barang sejenak, apalagi selamanya
pernah merasa cemburu, lalu takut itu hilang menggelinding
karena engkau mau berkata jujur

Tuhan, coba dengar keluhanku...
umatmu telah memesonakan aku begitu dalam
riak tubuhnya kulumat habis dalam bola mataku
bening hatinya membuat aku khawatir, bila saja ada yg melukai

Tuhan, aku ingin mendekat lebih rapat padaMu
merapat lebih dari kerongkonganku yang mulai mengering
tolonglah aku...,
supaya bisa mengenangnya setelah do'aku kali ini.

Merapat padaku, Wahai Jiwa yang Tenang...
malam ini kembali aku kesepian tanpa beritamu!


Bogor, 06 Des "08

1 komentar:

Arini mengatakan...

Yang sabar yach.. rasa itu semakin kuat justru karena sulit diraih.