Kamis, 04 Desember 2008

MERANGGAS DI MUSIM SEMI

Senyum tipis Sovi Aufan dinikmati sepenuhnya oleh desir angin malam ini. Hening halaman rumah membuat dirinya lebih nyaman berada di luar ruangan. Sesekali jiwanya melambung hingga ke ujung langit manakala dirinya ingat ke masa lalu, tentang perjuangan seorang pria yang bersusah payah mengejar cintanya.

Sang pria sungguh tak jemu menguntit kemana Sovi pergi. Dinantikan khabarnya, dan tak lelah pula dia sering berkata bahwa wanita impiannya hanya Sovi seorang. Kegombalan khas seorang pria tampak tercermin pada prilaku lelaki tadi. Tiba-tiba saja sang pria begitu renyah berpuisi dan ciamik membuat prosa indah.

Sovi lebih banyak diam ketika sang pria memujinya. Tentang senyum Sovie yang indah, rambut sebahu yang sesekali digerai atau diikat kuda, juga tak luput dari bagian drama melankolis penuh romantisme kala itu. Ruang temaram sebuah restoran menjadi saksi ketika sang pria mengakhiri kencan mereka dengan ucapan tak kalah hebat,

“Bersediakah engkau menjadi isteriku?”

Sovi terdiam sesaat. Aliran darahnya terasa lebih kencang berlari. Bening mata si pria tampak berkaca-kaca sebagai pertanda ucapan tulus akan keikhlasan mencintai.

Haru biru perasaan Sovi. Hanya anggukan kepala yang diberikan Sovi, pertanda dirinya mengiyakan ajakan si pria.

Malam ini seharusnya milik mereka berdua. Kemal, Arjuna pengejar cinta yang kini jadi suaminya itu, tergolek di atas ranjang dengan muka sebagian tertutup bantal. Ada bunyi dengkur sebagai pertanda napas yang tersendat. Sovi masih tetap asyik dengan kesendiriannya, di sebuah taman depan rumah…

Bila saja hati Sovi tak tertaut oleh sesama rekan bisnisnya, malam ini tentu akan dilewati bersama sang suami. Sovi tak menduga jika urusan bisnis akan beranjak pada urusan asmara yang berakhir dalam percintaan terselubung. Perselingkuhan menjadi dinamika yang rentan terjadi pada posisi seorang Sovi. Sovi punya kedudukan dan secara fisik, pesonanya tak jemu untuk dipandang. Itulah sebabnya, Riko adalah pelakon ke dua yang mengejar cinta Sovi.

Kisah asmara terselubung Sovi akhirnya diendus Kemal. Pada sebuah ruangan café Bimo menyaksikan kemesraan Sovi dan Riko. Kemal tentu marah besar dan nyaris menyeret Riko pada sebuah kolam taman. Tapi tak dilakukan, entah apa alasannya.

Kemal menggandeng rapat Sovi dan memandunya ke arah mobil. Laju kendaraan melesat menuju rumah. Tiba di rumah terjadi percekcokan sengit. Sovi tentu kelimpungan karena rahasia perselingkuhannya terbongkar telak.

“Kejarlah si Riko itu jika kamu merasa nyaman hidup dengannya!” hardik Kemal membuka pembicaraan.

“ Saya minta maaf, Bang! Saya sungguh-sungguh khilaf,” iba Sovi dengan bibir bergetar seraya memeluk suaminya.

Tak ada yang dilakukan Kemal manakala tangan Sovi melingkar di pingganya. Sovi merasakan degup jantung Bimo kencang memburu. Amarah tak tertahankan itu akhirnya mengendap seiring ambruknya tubuh tegap Kemal. Kemal semaput dan merasakan inilah episod hidup paling berat yang dirasakannya.

Malam dirasakan Sovi kian larut. Dingin nyaris membalut tubuhnya. Gesekan tumbuhan yang sedari tadi jadi saksi pada lamunannya tampak mulai layu dan nyaris meranggas layaknya hati seorang Kemal. Kesetiaan seorang lelaki itu mulai dijamah tinta hitam oleh isterinya sendiri dengan cara yang tak elok, selingkuh!

Lunglai tubuh Sovi kala berdiri. Bangkit dari sofa dan seraya menatap bulan yang sesaat lagi pergi. Ada kehangatan yang melingkar dalam pinggang Sovi. Dengus nafas yang tersisa menyentuh pundaknya, bulu kuduk Sovi terasa hangat. Pun demikian dengan lingkaran tangan itu semakin kuat membalut.

Dipapahnya Sovi menuju ruang tidur. Gamit tangan Sovi mencengkran kuat lelaki yang telah menikahinya selama lima tahun itu. Sovi sesaat berdiri di depan cermin. Ada lelehan bening mengalir dari sudut matanya.

“Saya tak akan jemu untuk setia hingga kau merasa jenuh dengan kesetiaanku itu,” ucapan lirih Kemal mengayun lembut di telinga Sovi.

“Terlalu saying jika kita harus melepas kepolosan dan kelucuan buah hati kita karena ulah kekerdilan pikiran kita,” terang Kemal meyakinkan hati Sovi. Sovi melirik pemilik mata bulat itu dengan tatapan sempurna.

Sovi beranjak menuju lemari Pakaian. Sesaat dirinya sudah berganti gaun. Pakaian tidur berbahan satin dengan warna merah marun adalah kesukaan Bimo, membungkus penuh si pemilik wajah anggun itu.

Bimo tersenyum lebar seraya mengecup kening Sovi. Kini Sovi merasakan bahwa kehangatan itu tak pernah berubah dari dulu…

“Saya minta maaf, Bang, Saya tak akan membiarkan hati Abang layu berkepanjangan,” lirih Sovi dalam bathinnya.

1 komentar:

seruni mengatakan...

cerpen ini udh prnh sy baca..
ceritanya sgt menyentuh hati.

salut buat kemal :
dia bgitu sabar, setia dan sayang nya trhdp keluarganya. (sovi, n sikecil yg lutcu)

sy setuju dgn seseorang yg mengatakn :
" kita ada di dunia BUKAN utk MENCARI SESEORANG yg SEMPURNA utk diCINTAI TETAPI utk BELAJAR menCINTAI orang yg TIDAK SEMPURNA dgn CARA yg SEMPURNA " (J_S)


:
h_d